Saat perempuan berusia menjelang 30 tahun dan belum menikah, biasanya ia akan selalu 'diteror' oleh keluarga dan keluarga untuk segera berkeluarga dan memiliki anak. Mereka khawatir, karena kemampuan untuk bereproduksi mulai menurun saat perempuan memasuki usia 30 tahun.
Sementara, laki-laki masih sering santai-santai saja menghadapi usia 30 tahun, seakan tak khawatir akan jam biologisnya yang terus berdetak. Tapi benarkah kemampuan reproduksi laki-laki tak menurun dengan semakin bertambahnya usia?
Sebuah hasil penelitian terbaru tampaknya cukup membuka mata. Ternyata, jam biologis pria juga terus berdetak, bahkan lebih tinggi bagi mereka yang malas merawat kesehatan. Makin tua seorang pria, makin kecil pula kemungkinan menghasilkan anak yang lahir sehat.
"Pria yang kelebihan berat badan dan berperut sangat buncit kemungkinan besar memiliki kadar testeron rendah, sehingga kemampuannya untuk punya anak pun menurun," ujar Dr Harry Fisch, direktur Male Reproductive Center dan profesor urologi klinis di Columbia University College of Physicians and Surgeons. Tentu saja tak ada batas usia yang tegas bagi seorang pria untuk punya anak. "Tapi lebih cepat lebih baik," tegasnya.
Sementara, beberapa studi sebelumnya juga menemukan bahwa semakin tua umur ayah saat pembuahan, semakin besar pula risiko anak lahir tidak sempurna. Salah satu risiko yang banyak ditemukan adalah down syndrome atau keterbelakangan mental.
Dr Fisch dan tim pernah mempelajari 3.400 kasus down syndrome 4 tahun lalu. Terungkap bahwa pada anak yang lahir dari orangtua berusia di atas 35 tahun, berpeluang menderita down syndrome.
Dalam studi lainnya, Dr Avraham Reichenberg dari Mount Sinai School of Medicine di New York City menemukan bahwa semakin tua usia ayah, semakin tinggi pula risiko autisme pada anak. Seorang ayah yang berusia di atas 40 tahun berisiko memiliki anak autis 6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ayah yang berusia 29 tahun atau lebih muda. Temuan ini diterbitkan pada Aechives of General Psychiatry edisi September 2006.
Kelangsungan kehamilan juga dipertaruhkan. Pasangan dengan usia pria di atas 40 dan wanita di atas 35 tahun berisiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran, demikian studi yang diterbitkan pada tahun 2002 di jurnal Human Reproduction.
Sekali lagi, Dr Fisch yang juga menulis buku The Male Biological Clock meyakini bahwa baik bagi pria maupun wanita sebaiknya tidak menunda punya anak. Jika memang karena satu atau lain hal pasangan harus menunda, calon ayah dianjurkan untuk merawat kesehatan sebaik-baiknya dengan mempertahankan berat badan ideal dan tidak merokok.
(info-sehat/dila)
Sementara, laki-laki masih sering santai-santai saja menghadapi usia 30 tahun, seakan tak khawatir akan jam biologisnya yang terus berdetak. Tapi benarkah kemampuan reproduksi laki-laki tak menurun dengan semakin bertambahnya usia?
Sebuah hasil penelitian terbaru tampaknya cukup membuka mata. Ternyata, jam biologis pria juga terus berdetak, bahkan lebih tinggi bagi mereka yang malas merawat kesehatan. Makin tua seorang pria, makin kecil pula kemungkinan menghasilkan anak yang lahir sehat.
"Pria yang kelebihan berat badan dan berperut sangat buncit kemungkinan besar memiliki kadar testeron rendah, sehingga kemampuannya untuk punya anak pun menurun," ujar Dr Harry Fisch, direktur Male Reproductive Center dan profesor urologi klinis di Columbia University College of Physicians and Surgeons. Tentu saja tak ada batas usia yang tegas bagi seorang pria untuk punya anak. "Tapi lebih cepat lebih baik," tegasnya.
Sementara, beberapa studi sebelumnya juga menemukan bahwa semakin tua umur ayah saat pembuahan, semakin besar pula risiko anak lahir tidak sempurna. Salah satu risiko yang banyak ditemukan adalah down syndrome atau keterbelakangan mental.
Dr Fisch dan tim pernah mempelajari 3.400 kasus down syndrome 4 tahun lalu. Terungkap bahwa pada anak yang lahir dari orangtua berusia di atas 35 tahun, berpeluang menderita down syndrome.
Dalam studi lainnya, Dr Avraham Reichenberg dari Mount Sinai School of Medicine di New York City menemukan bahwa semakin tua usia ayah, semakin tinggi pula risiko autisme pada anak. Seorang ayah yang berusia di atas 40 tahun berisiko memiliki anak autis 6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ayah yang berusia 29 tahun atau lebih muda. Temuan ini diterbitkan pada Aechives of General Psychiatry edisi September 2006.
Kelangsungan kehamilan juga dipertaruhkan. Pasangan dengan usia pria di atas 40 dan wanita di atas 35 tahun berisiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran, demikian studi yang diterbitkan pada tahun 2002 di jurnal Human Reproduction.
Sekali lagi, Dr Fisch yang juga menulis buku The Male Biological Clock meyakini bahwa baik bagi pria maupun wanita sebaiknya tidak menunda punya anak. Jika memang karena satu atau lain hal pasangan harus menunda, calon ayah dianjurkan untuk merawat kesehatan sebaik-baiknya dengan mempertahankan berat badan ideal dan tidak merokok.
(info-sehat/dila)
0 omongan